Meski nama objek Wisata Air Panas Blidit sudah cukup dikenal, akses menuju lokasi itu tidaklah mudah. Harus melewati jalan sempit, lereng terjal di tengah hutan alam kaki Gunung berapi Egon.
Wisata Air Panas Blidit berada di Desa Egon, Kecamatan Waigete, sekitar 40 kilometer arah timur dari Kota Maumere. Perlu meluangkan waktu khusus untuk menikmati sensasi air panas Blidit yang mengalir di tengah hutan Gunung Egon.
Dengan akses masuk yang sulit, tempat ini tidak ramah untuk anak-anak, walaupun kolam pemandian tidak berbahaya untuk anak-anak. Jarak dari jalan umum (ruas jalan Blidit-Mapitara-red) kurang lebih 1,5 Kilometer.
Jalan raya sudah dibuka, tetapi penuh dengan hutan. Sebagian jalan yang melalui lembah tergerus banjir bahkan gorong-goroung ada yang pecah.
Disaksikan Pos Kupang, Senin (26/1/2015) objek wisata air panas blidit masih sangat alami. Airnya bersih, tetapi pada dasarnya penuh dengan dedaunan kering. Kolam air panas berdampingan dengan aliran air dingin dari pegunungan.
Pengunjung bisa bergantian setelah mandi di kolam panas, langsung mandi di air dingin. Lebih asik lagi karena terdapat satu kolam campuran air panas dan air dingin. “Ada tiga pilihan, mau mandi air panas, air dingin atau air hangat di sini,” ujar Aloisius Laka, salah satu guide lokal yang memandu Pos Kupang ke lokasi wisata.
Belum ada fasilitas pendukung seperti lopo atau tempat ganti pakaian bagi pengunjung yang datang. Satu bangunan dua kamar baru saja mulai dibangun fundasi dan dinding. Bangunan itu belum rampung.
“Baru saja dibangun dari Pariwisata. Saya dengar mau buat toilet,” ujar Aloisius. Air panas Blidit, kata Aloisius secara turun temurun diyakini oleh warga memiliki kekuatan penyembuhan terhadap penyakit-penyakit kulit. Sebab air itu mengandung belerang dari Gunung Berapi Egon.
“Banyak yang mandi di sana, mereka sembuh dari penyakit. Ini dari nenek moyang dulu,” kata Aloisius. Aloisius mengatakan, hanya ada dua pemandu lokal menuju lokasi Blidit. Mereka mendapatkan imbalan jasa setiap kali mengantar turis Rp.50.000, kadang Rp.100.000. “Saya tidak pernah meminta imbalan, kita hanya bantu mereka saja. Tapi mereka biasa kasih uang Rp.50.000,” tutur Aloisius.
Dikatakannya, lokasi wisata air panas Blidit sepi pengunjung. Tempat itu baru akan ramai pada hari-hari minggu dan hari libur. Ia mengatakan, pengelolaan tempat wisata air panas Blidit oleh pemerintah belum memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar.
“Belum memberikan manfaat kepada kami. Turis yang datang ke sini jarang, paling hanya satu dua orang dalam seminggu,” kata Aloisius. Aloisius mengatakan, persoalan serius yang perlu dibenahi di sekitar objek wisata air panas Blidit adalah masalah keamanan barang bawaan pengunjung.
Sering dikeluhkan, helm milik pengunjung hilang. Ban motor juga dikempeskan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. “Simpan di sini motornya pak. Nanti helm hilang kalau simpan di sana (hutan-red). Sudah sering terjadi, orang ngamuk ke kami karena helm hilang,” cerita ALoisius.
Sumber:tourism.nttprov.go.id