Adat istiadat perdamaian Di masyarakat NTT

Bulan lalu saat saya menghadiri perayaan pernikahan teman saya , malah saya di suguhin minuman sejenis minuman keras atau biasa di sibut minum sopi (sejenis arak) memiliki nilai sakral karena memiliki latar ritus budaya dan sekaligus profan (sosio-ekonomi). Pada segmen sakral, minum sopi adalah aktivitas dalam bingkai ritus yang berimplikasi pada relasi dan integrasi komunitas. Sekian banyak orang yang minum sopi bersama-sama, dalam ritus-ritus tertentu, diintergrasikan ke dalam satu tujuan bersama, baik dalam jangka waktu singkat maupun panjang. menyambut tamu dengan tarian, lalu menghidangkan sopi Sedangakan pada segmen sosio-ekonomi, minum sopi adalah cara orang Timor berinteraksi dengan sesamanya, seperti menyambut orang yang datang, menikmati sore selepas bekerja, merayakan pesta kecil-kecilan dengan keluarga, melepas kepergian sahabat baru, atau berjumpa sahabat lama.

Tidak dapat disangkal lagi, sopi punya tempat istimewa dalam kehidupan masyarakat Timor. Budaya ini tampak efektif untuk dilanggengkan dalam konteks menjaga perdamain di daerah rawan konflik di wilayah Timor. Kita tahu, Salah satu contoh sopi sebagi ritual perdamaian di Pulau Timor ada wilayah perbatasan RI dengan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Ketegangan di wilayah ini sudah sering terjadi. Dan minum Sopi menjadi budaya yang ampuh untuk menuntaskan konflik. Seperti yang terjadi pada medio November lalu di wilayah Timor Tengah Utara (TTU). Sempat terjadi ketegangan yang dipicu oleh aktivitas masyarakat Pasabe, Distrik Oekusi (Timor Leste) di zona netral dengan masyarakatn di Kecamatan Bikomi Nilulat (NTT). 

Masyarakat yang berada di perbatasan itu tidak terima dengan aktivitas warga Timor Leste di wilayah yang belum disepakati oleh kedua negara itu. Sempat terjadi saling serang antar warga di kedua wilayah tersebut. Agar saling serang tidak berkepanjangan, perdamaianpun digelar secara adat dengan minum sopi bersama-sama, karena kedua warga kendati secara politis berbeda negara, namun pada dasarnya berasal dari latar budaya yang sama, yaitu adat budaya Timor, bahkan masih mempunyai hubungan kekerabatan. 

Ketegangan berlanjut setelah terjadi aksi saling merusak rumah, kebun, dan tanaman oleh warga kedua negara dan berujung aksi saling serang menggunakan batu. Yang membuat warga Indonesia yang berada di perbatasan marah karena aktitivitas masyarakat Timor Leste di zona netral tersebut terkesan dilindungi UPF atau pasukan pengamanan perbatasan Timor Leste. Warga Indonesia dengan tegas meminta warga Timor Leste keluar dari zona netral dan menghentikan seluruh aktivitas mereka di zona itu. Hasil dari dari proses perdamaian itu adalah kesepakatan bersama untuk tidak melakukan aktivitas di zona netral. jagung dan tanaman pangan lainnya yang terlanjur ditanam oleh warga Timor Leste tetap dipanen oleh mereka yang menanam, namun setelah itu zona netral harus dibiarkan kosong tanpa aktivitas. Sebagian sopi ditumpahkan ke tanah, sebagian lagi diminum bersama kelompok-kelompok yang melakukan sumpah. Darah babi dan sopi yang ditumpahkan ke tanah dianggap mengikat kedua kelompok yang bersumpah.

Dan, siapa pun dari kedua kelompok yang bersumpah melanggar kesepakatan atau sumpah akan menanggung risiko. Menindaklanjuti perdamaian hari itu, pihak TNI dan UPS akan mengintensifkan kegiatan patroli bersama di wilayah perbatasan, terutama di zona netral. Camat Bikomi Nilulat, Lodovikus Lake, dan Camat Pasabe, Anton Ulan, juga sepakat akan meningkatkan kerja sama dan mempererat hubungan silaturahmi dengan warga dari kedua kecamatan beda negara itu dengan kegiatan olahraga bersama serta pentas-pentas budaya bersama.